PERBEDAAN SISTEM PEREKONOMIAN ANTARA ORDE LAMA DAN BARU
Di orde baru dan lama ini sama-sama masih terdapat ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan. Setelah Indonesia Merdeka, ketimpangan ekonomi tidak separah ketika zaman penjajahan namun tetap ada terjadi ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Dalam 26 tahun masa orde baru (1971-1997) rasio pendapatan penduduk daerah terkaya dan penduduk daerah termiskin meningkat dari 5,1 (1971) menjadi 6,8 (1983) dan naik menjadi 9,8 (1997). Ketika reformasi ketimpangan distribusi pendapatan semakin tinggi dari 0,29 (2002) menjadi 0,35 (2006). Sehingga dapat dikatakan bahwa kaum kaya memperoleh manfaat terbesar dari pertumbuhan ekonomi yang dikatan cukup tinggi, namun pada kenyatannya tidak merata terhadap masyarakat.
Di karenakan adanya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di orde lama walaupun kecil, korupsi sudah ada. Di orde baru hampir semua jajaran koruptor (KKN).
Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat yang sulit untuk disembuhkan akibat praktik-pratik pemerintah yang manipulasif dan tidak terkontrol. Sehingga pada masa pemerintahan orde baru, kebijakan ekonominya berorientasi kepada pertumbuhan ekonom.
Kebijakan ekonomi tersebut didukung oleh kesetabilan politik yang di jalankan oleh pemerintah. Hal tersebut dituangkan ke dalam jargon kebijakan ekonomi yang disebut dengan trilogo pembangunan, yaitu stabilitas politik, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan pemerataan pembangunan.
Pada masa Orde lama (demokrasi terpimpin). Masa Pasca Kemerdekaan 1945-1950. Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, disebabkan oleh inflasi yang sangat tinggi karena beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga, dan juga adanya blokade ekonomi oleh belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu perdagangan luar negeri, kas negara kosong dan ekspolitasi besar-besaran di masa penjajahan.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi ialah dengan cara, Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak perusahan Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumu belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahan tersebut. Tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan anka inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi. Hal ini berhasil karena selama lebih dari 30 tahun, pemerintah mengalami stabilitas politik sehingga menunjang stabilitas ekonomi. Kebijakan –kebijakan ekonomi Pda masa itu dituangkan pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
SISTEM PEREKONOMIAN TAHUN 2008
Terjadi gejolak krisis keuangan global telah mengubah perekonomian dunia. Krisis global yang berawal dari Amerika Serikat pada tahun 2007,semakin dirasakan dampaknya ke seluruh dunia, termasuk ke negara yang sedang berkembang pada tahun 2008. Sejumlah kebijakan yang agresif di tingkat global yang telah dilakukan untuk memulihkan perekonomian. Kebijakan pemerintah baru dalam menempuh langkah yang serius dalam mengatasi, menjadi faktor positif yang dapat mengurangi pesimisme akan resersi yang berkepanjangan dan resiko terjadinya depresi. Sementara itu,kemauan negara-negara industri maju lainnya untuk berkoordinasi dalam kebijakan pemulihan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan keyakinan pelku pasar. Namun, proses berbagai lembaga keuangan memperbaiki struktur neracanya yang diperkirakan terus berlangsung, serta dampak umpan balik dari sektor riil ke sektor keuangan. Menyebabkan risiko dan ketidak pastian di pasar keuanagn global masih tinggi.
Di indonesia, mulai terkena imbasnya krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6% sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008. Hal itu terlihat pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan. Di pasar keuangan, selisih risiko dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Secara relatif, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1% pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global. Meski demikian, dalam perjalanan waktu ke depan, dampak krisis terhadap perekonomian Indonesia akan semakin terasa.
Semakin terintegrasinya perekonomian global dan semakin dalamnya krisis menyebabkan perekonomian di seluruh negara akan mengalami perlambatan pada tahun 2009. Indonesia tak terkecuali. Bank Indonesia memperkirakan perekonomian Indonesia di tahun 2009 akan tumbuh melemah menjadi sekitar 4,0%, dengan risiko ke bawah terutama apabila pelemahan ekonomi global lebih besar dari yang diperkirakan. Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut bukan sesuatu yang buruk apabila dibandingkan dengan banyak negara-negara lain yang diperkirakan tumbuh negatif. Oleh karenanya, upaya Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mencegah dampak krisis ini meluas lebih dalam, melalui kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil, menjadi penting untuk dilakukan di tahun 2009.
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA PADA TAHUN 2009
Kondisi pada tahun 2009 terjadi krisis perekonomian global yang masih mengalami tekanan terhadap perekonomian indonesia pada sejumlah tantangan yang tidak ringan selama tahun 2009. Tangtangan itu cukup mengemuka pada tahun 2009,akibat masih kuatnya dampak krisi perekonomian global yang mencapai puncaknya pada triwulan IV 2008. Ke tidak pastian yang terkait dengan kontraksi global dan sampai seberapa cepat pemulihan ekonomi global akan terjadi, bukan saja menyebabkan tingginyarisiko di sektor keuangan, tetapi berdampak negatif pada kegiatan ekonomi di sektor riil domestik. Kondisi tersebut mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem keuangan pada triwulan I 2009 masih mengalami tekanan berat,sementara pertumbuhan ekonomi juga dalam tren menurun akibat kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup dalam.
Kondisi ini menurunkan kepercayaan pelaku ekonomi di sektor kenuangan dan sektor riil, serta berpotensi menurunkan berbagai kinerja positif yang telah dicapai dalam beberapa tahun sebelumnya.
Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia dan pemerintah menempuh sejumlah kebijakan untuk menjaga ke stabilitas makro ekonomi yang lebih dalam melalui kebijakan stimulus moneter dan fiskal. Kebijakan pada tahun 2009 pada dasarnya merupakan lanjutan dari serangkaian kebijakan yang telah di tempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah pada triwulan 2008. Serangkaian kebijakan itu tidak saja berhasil menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan , tetapi memperkuat daya tahan perekonomian domestik, sehingga kegiatan ekonomi dapat kembali membaik sejak triwulan II 2009.
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang secara sistematis telah ditempuh untuk memperkuat fundamental ekonomi dan keuangan pasca krisis 1997/1998. Secara umum, perekonomian indonesia pada tahun 2009 telah mampu melewati tahun penuh tantangan tersebut dan hasilnya pun mencapai hasil yang cukup baik. Meskipun melambat dibandingkan dengan tahun 2008, pertumbuhan ekonomi tahun 2009 dapat mencapai 4,5%,tertinggi krtiga di dunia setelah China dan India. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar ditengah kontraksi perekonomian global dapat dihindari, karena struktur ekonomi yang banyak didorong oleh pemerintah domestik.
Setelah mengalami tekanan berat pada triwulan I 2009,stabilitas pasar keuangan dan makro ekonomi juga semakin membaik sampai dengan akhir tahun 2009.Hal itu tercantum dalam indikator di sektor keuangan sepert Currency Default Swap (CDS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), imbal hasil (yied) SUN, dan nilai tukar yang membaik. Sementara itu, inflasi tercatat rendah 2,78%, terendah dalam satu dekade terakhir.
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2010
Prospek Tahun 2010.Dalam penyampaian nota keuangan di depan DPR,Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan,ekonomi indonesia 2010 diprediksi tumbuh sekitar 5,0 persen.Banyak pihak meyakini,pertumbuhan ekonomi kita bisa lebih tinggi dari itu sebabnya,dalam perdebatan di DPR,akhirnya disepakati perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 persen.
Optimisme semacam ini sungguh penting untuk memberi dorongan lebih besar baggi pelaku ekonomi untuk mencapainya atau bahkan melampauinya.Inilah kekuatan self fulfilling prophecy.
Secara rutin, saya mengamati perkembangan PDB nominal, yaitu PDB yang menggunakan harga sebagaimana dirasakan hari-hari ini. PDB nominal ini lebih mirip berbagai laporan keuangan perusahaan, sementara PDB riil lebih mirip perkembangan tonase produksi perusahaan. Ternyata PDB nominal Indonesia tumbuh tinggi.
Pada tahun 2008, saat perekonomian (PDB) riil tumbuh 6,1 persen, PDB nominal justru tumbuh 25 persen. Kuartal pertama 2009, pertumbuhan PDB nominal sebesar 16,9 persen dan pada kuartal kedua menjadi 10,9 persen. Dengan prospek pertumbuhan lebih tinggi pada kuartal ketiga dan keempat, diyakini PDB nominal akan naik sehingga secara keseluruhan pertumbuhan tahun 2009 berada sekitar 15 persen.
Jika ini terjadi, PDB nominal kita akan mencapai sekitar Rp 5.700 triliun. Angka ini kurang lebih sama dengan prediksi PDB nominal sekitar 570 miliar dollar AS, seperti disebutkan sebelumnya. Dengan latar belakang itu, saat PDB riil diprediksi tumbuh 5,5 persen, PDB nominal 2010 akan tumbuh 15-18 persen.
Jika ini terjadi, sepanjang 2010, PDB nominal kita akan mencapai Rp 6.500 triliun-Rp 6.600 triliun. Ini berarti PDB per kapita tahun 2010, dengan catatan nilai tukar rupiah bergerak menguat sebagaimana terjadi akhir-akhir ini, akan berada pada 2.800 dollar AS-3.000 dollar AS.
SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA DI TAHUN 2011
Prospek perekonomian indonesia 2011 menuju “Investment Grade”.
(Dimuat di majalah InfoBank edisi Oktober 2010)
Menjejaki akhir tahun 2010. Ada hawa optimis yang berhembus dalam ruang perekonomian indonesia. Dalam koran harian the new york times, edisi 5 agustus 2010 menyebutkan bahwa indonesia adalah sebuah model ekonomi, setelah melewati krisis lebih dari sepuluh tahun. Sementara financial times (12/08/2010) mengatakan perekonomian Indonesia merupakan macan yang tengah terbangun. Negeri ini merupakan salah satu target investasi yang menjanjikan.
Tidaakkah kita optimis menghadapi tahun 2011.
Tentu, kita harus layak optimis. Namun tetap harus waspada, karena ada beberapa tantangan struktural yang serius. Dalam menghadapi kegagalan kita mengelola persoalan-persoalan mendasar, justru akan menjebak kita. Kita hanya akan menjadi bangsa yang labil, karena hanya menjadi target investasi portofolio jangka pendek. Jika kita tengok kondisi sektor finansial kita yang meliputi pasar modal, uang , utang dan perbankan, nampaknya tak ada yang mengkuatirkan. Secara umum tingkat investasi Indonesia terus meningkat seiring dengan semakin turunnya credit default swap (CDS) sebagai cermin dari resiko investasi. Bahkan Japan credit Rating Agency Ltd, (JCRA) telah menaikan peringkat Indonesia ke level “investment grade” atau BBB- pada bulan Juli lalu. Tidak menutup kemungkinan, lembaga pemeringkat lainnya juga akan menaikan rating Indonesia di tahun 20011.
Semantara ini, Mody’s masih menempatkan Indonesia dalam 2 tingkat di bawah level investasi (Ba2) dalam evaluasi Juni lalu.Demikian pula S & P yang pada bulan Maret mengevaluasi peringkat Indonesia dan menetapkan posisi BB+/stable. Dan Fitch Rating juga menempatkan Indonesia pada satu tingkat di bawah invesment grade, yaitu BB+. Selain bersikap optimis, nampaknya kita juga perlu bertanya: faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kta masuk ke level investasi?
Ternyata tingkat profitabilitas ayng tinggi juga di topang oleh tingkat kesehatan bank ayng tinggi pula. Jika Basel Accord III diterapkan dipastikan sektor perbankan di Indonesia tidak akan menaglami masalah. Menurut data bank Indonesia yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2010, dari 113 bank yang ada di Indonasia hanya 8 bank yang tingkat kecukupan modalnya (capital adequecy ratio) di bawah 8 %. Sehingga untuk mengikuti aturan Basel tentang modal utama atau Tier 1 Capital sebesar 4,5 % yang harus tercapa pada 2013, dan 6 % pada 2019, tidak akan menjadi persoalan.
Secara umum prospek perekonomian indonesian tahun 2011 sangat menjanjikan. Dan dengan demikian potensi untuk memperoleh gelar investment grade bukanlah hal yang musthail. Tetapi tetap saja ada persoalan-persoalan yang harus segera diatasi. Dan jika tidak lagi-lagi kita berpotensi akan kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya, di berbagai bidang.
Daftar pusaka : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM),Unika Atma Jaya, Jakarta. 2011 Perekonomian Indonesia Naik 6,5 Persen Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 akan tumbuh pada kisaran 6,3-6,5 persen, dengan tingkat inflasi berada pada posisi 5 persen, plus minus 1 persen.
Menurut Hartadi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih besar dibanding 2010, tercermin dari pertumbuhan pada kuartal IV yang mencapai 6,1 persen dan pada kuartal III sebesar 5,8 persen. Ia menjelaskan, salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan pada kuartal III dan IV 2010 karena masih lambatnya penyerapan belanja pemerintah.
Hartadi menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan pada 2011 pemerintah harus mampu memperlambat derasnya arus modal baik yang masuk ke dalam maupun ke luar negeri.
"Pada sisi arus masuk modal (capital inflow) ke dalam negeri harus dijaga, jangan sampai terlalu besar masuk ke instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia), karena SBI merupakan instrumen moneter bukan instrumen investasi," ujarnya.
Menurut Hartadi kalaupun ada likuiditas yang berlebih sebaiknya harus didukung dengan kebijakan pemerintah yang dapat mendorong penyerapan oleh sektor riil. Arus modal yang masuk mencapai 16 miliar dolar AS, di mana sekitar 10 persen di antaranya sudah masuk ke SBI.
Ia mengakui, SBI merupakan salah satu target investor karena masih memberikan margin yang cukup aktraktif, ditandai dengan banyaknya short term capital yang masuk ke instrumen tersebut.
Pada posisi seperti itu, terdapat tiga kondisi yang dihadapi yaitu, BI tidak bisa terlalu cepat menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate), karena akan berdampak pada inflasi. BI berupaya memperpanjang jatuh tempo SBI dan mengalihkan instrumen SBI ke deposito berjangka (time deposit).
Pertumbuhan ekonomi akan didukung kondisi ekonomi makro yang stabil pada 2010 akan mendorong prospek ekonomi yang cerah dan akan direspon positif oleh investor.
Ia menambahkan konsumsi rumah tangga akan memberi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2011 sekitar 58,6 persen. Kinerja ekspor dan impor juga meningkat seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global dan menguatnya permintaan dalam negeri. (ant/git)
1 Macam Sistem Ekonomi
• Sistem Ekonomi Liberal
• Sistem Ekonomi Sosialis
2 Sistem Ekonomi di indonesia
• Sistem Ekonomi Demokrasi
• Sistem Ekonomi Kerakyatan
sumber : http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:PelakuPelaku_Ekonomi_Dalam_Sistem_Perekonomian_Indonesia_8.2_%28BAB_15%2http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/sistem-perekonomian-indonesia-16
http://mertodaily.com/index.php/component/content/article/36-domestic-economic-news/385-prospek-perekonomian-indonesia-2011
http://esq-news.com/ekonomi-bisnis/2010/12/15/2011-perekonomian-indonesia-n
http://akirawijayasaputra.wordpress.com/2010/03/31/persamaan-dan-perbedaan-kebijakan-ekonomi-pada-masa-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/aik-65-persen.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar